Kisah Nabi Nuh As
Kisah Nabi Nuh As
Nabi Nuh As adalah nabi keempat sesudah Adam,
Syith dan Idris, dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik
bin Metusyalih bin Idris.
Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah dalam masa “Fatrah”
masa kekosongan diantara dua rasul dimana biasanya manusia secara
berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan
mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan,melakukan kemungkaran
dan kemaksiatan dibawah pimpinan iblis.
Wahai kaumku sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain dia.
Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (kiamat).
Pemuka-pemuka kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” Lalu Nuh menjawab, “wahai kaumku! Aku tidak sesat
tetapi aku ini seorang Rasul dari Tuhan seluruh alam.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput
dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang ditengah-tegah mereka,
mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh
tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagian tuhan-tuhan yang dapat
membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.
Serta manusia itu memberi nama-nama berhala dengan silih berganti menurut
kehendak dan selerah kebodohan dan kadang mereka namakan berhala mereka “Wadd”
dan “Suwa” kadangkala “Yoguts” dan bila bosan digantinya dengan nama “Yatuq”
dan “Nasr”.
Dan sesungguhnya, kami telah mengutuskan Nabi
Nuh kepada kaumnya untuk memberi perigatan yang nyata bagi kamu, agar kamu
tidak menyambah selain Allah, aku benar-benar khawatir kamu akan ditimpah azab
pada hari yang sangat pedih, maka berkatalah para pemuka yang kafir dari
kaumnya, melainkan seorang manusia (biasa) seperti kamu, dan kami tidak melihat
orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina diantara kami yang lekas
percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apapun atas kami,
bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Setelah sekian lama Nabi Nuh berada
ditengah-tengah kaumnya selama seribu tahun kurang lima puluh tahun berdakwah
dengan menyampaikan risalah Tuhan, untuk mengajak kejalan yang benar dan
meninggalkan hal-hal yang tidak baik untuk disembah berhala. Namun saat itu
Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan
menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadah kepada Allah sajalah.
Wahai kaumku! Aku tidak meminta harta kepadamu
sebagai imbalan atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku
sekali-kali tidak akan mengusir orang yang telah beriman. Sungguh mereka akan
bertemu dengan Tuhannya dan sebaliknya aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh.
Dan diwahyukan kepadanya (Nuh), “ketahuilah, tidak akan beriman diantara
kaum-mu, kecuali orang yang benar-benar beriman saja, karena itu janganlah
engaku bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat.
Nabi Nuh Membuat Kapal
Buatlah kapal itu dengan pengawasan dan
petunjuk wahyu kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan orang-orang zalim.
Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Mulailah Nabi Nuh membuat kapal.
Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya mereka mengejek Nabi Nuh.
(Nabi Nuh) berkata jika kamu mengejek kami maka kamipun akan mengejekmu
sebagimana kamu mengejek kami.
Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang
akan ditimpah azab yang menghinakan dan siapa yang akan ditimpa azab yang
kekal. Hingga apabila perintah kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan
air, kami berfurman “Muatkanlah kedalam kapal itu masing-masing hewan sepansang
jantang dan betina dan juga keluargamu kecuali orang yang telah terkena
ketetapan terdahulu dan muatkanlah pula orang yang beriman.” Ternyata
orang-orang yang beriman yang bersama Nabi Nuh hanyalah sedikit.
Nabi Nuh berkata, “Naiklah kamu semua kedalam
kapal dengan menyebut nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Dan kapal itu berlayar membawa mereka kedalam
gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nabi Nuh memanggil anaknya ketika dia dan
anaknya jauh terpencil, wahai anakku naiklah kekapal dan janganlah engkau
bersama orang kafir, lalu anaknya menjawab “Aku akan mencari perlindungan
kegunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nabi Nuh) berkata tidak
ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Maha
Penyayang. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka anaknya itu
termasuk orang yang ditenggelamkan.
Nabi Nuh bermohon kepada Tuhan sambil berkata,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku dan janjimu pasti
benar dan engkau hakim yang paling adil. Allah berfirman “Wahai Nuh” Sesungguhnya
dia bukanlah termasuk keluargamu, karena
perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu janganlah engaku memohon kepadaku
sesuatu yang tidak engaku ketahui.
Allah Mengabulkan Permohonan Nabi
Nuh
Nabi Nuh telah berdoa kepada kami, maka
sungguh kamilah sebaik-baik yang memperkenan doa, dan kami pun telah
menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya dari bencana yang besar, dan kami
jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturun, dan kami abdikan
Nabi Nuh dengan pujian dikalangan orang-orang yang datang dikemudian hari serta
kami limpahkan kesejahteraan Nabi Nuh diseluruh alam. Demikianlah kami memberi
balasan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat baik dan kemudian kami
tenggelamkan yang lain.
Sesampailah dipelabuhan Nabi Nuh berserta
umatnya yang beriman selamat sejahtera dan penuh dengan keberkahan dari kami.
Baca juga : Kisah Nabi Idris as
Kisah Nabi Nuh ini telah ada dari
zaman dahulu dan dijelaskan dalam Al-Quran sebagai bukti yang nyata dengan
menyampaikan kaumnya untuk beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
Al-Quran
telah menjelaskan tentang beberapa surah yaitu sebagai berikut :
(Al-A’raf; surah ke-7: ayat 59-72) yang
artinya Nabi Nuh berdakwa dengan kaumnya,
(Hud; surah ke-11: ayat 25-60), yang artinya
Nabi Nuh berputus asa terhadap kaumnya dan Nabi Nuh membuat kapal,
(Asy-Syu’ara:
surah ke-26: ayat 105-122), yang artinya kaum Nabi Nuh telah mendustakan Allah,
(Al-Ankabut;
surah ke-29: ayat 14-15), yang artinya cobaan terhadap Nabi Nuh
(As-Saffat;
surah ke-37: ayat 75-82) yang artinya Allah telah mengabulkan permohonan Nabi
Nuh
0 Response to "Kisah Nabi Nuh As"
Posting Komentar